Rabu, 06 Mei 2015

Kamu Yang Dulu Bukanlah Yang Sekarang I

      Sudah seminggu mbo parni tinggal bersamaku dan istriku. Ia sengaja dikirimkan oleh ibuku untuk menemani istriku karena aku sering pulang larut malam. Ya memang istriku ini sangat manja , ia tak bisa berlama lama ditinggal sendirian di rumah. Tapi selain menemani, mbo parni juga membantu mengurus rumah termasuk membuat masakan untuk kami berdua.
        
        Memang terkadang istriku juga suka memasak tapi  ia hanya jago menggoreng telor saja, menu lain yang dibuatnya telor mata sapi , telor dengan irisan daun bawang , atau telor dengan irisin cabai. Yah meski ia membuat namanya menarik ala ala chef. Tapi tak merubah sedikitpun cita rasanya. Akhirnya aku percayakan urusan dapur dengan mbo parni. Meski terkadang istriku turun juga ke dapur untuk membantu mbo parni. Sayangnya bantuan yang diberikan lebih cocok disebut gangguan. Tapi apa daya aku tak tega menegurnya. Lagian mbo parni ini sudah lama mengenalku , ia mengasuhku sejak aku kecil di solo. Jadi mbo parni dengan senyumannya dan kesabarannya  begitu telaten meladeni sikap sikap dan pertanyaan pertanyaan istriku itu sewaktu memasak. Biarlah ia belajar resep resep masakan mengenal bumbu bumbu dan cara cara memasaknya. Apalagi sejak impian istriku menjadi wanita karier kandas di tengah jalan. Dan sekarang kesibukannya hanya mengurus rumah , menonton televisi, membaca majalah wanita , dan berkumpul bersama ibu ibu muda di kompleks perumahan.

" Pah, besok antar mama ke dokter ya "
" Hah ? Mama sakit apa ? Ko ga bilang ke papa " pekikku seolah kaget. Padahal tidak.
" Ga sakit ko pa ga. Sebenarnya..... " tiba tiba istriku menyudahi kalimat itu dengan panjang.
" Sebernarnya apa mah ? " Akupun mulai penasaran
" Gini loh pa " jurus istriku mulai dikeluarkan selagi ia berbicara ia juga memijit mijit badan ku seakan akan ada maunya. " Sebenarnya mama udah lama pingin ngomong tentang ini sama papa. Ini juga buat kebaikan papa ko "
" Ada apa toh mah , ngomong ya mbok langsung to the point " Aku pun mulai was was campur cemas. Biasanya jika ia ingin sesuatu ia akan langsung minta kepadaku tak bertele tele seperti ini. Apa sebelumnya istriku ini merasakan mual muntah dan ia ingin mengajak ku memeriksanya ke dokter. Sudah terbayang kita akan mempersiapkan kelahiran anak pertama kita . Sungguh kejutan yang sangat luar biasa.
" Ini loh pah , mama ingin ngajak papa ke dokter Laely. Katanya dokter Laely bisa menyedot lemak mama yang menggumpal ini .. " Suara manja yang membuyarkan anganku.
" Apaaaaaaaa ?!!! " Suaraku keluar dengan cukup lantang  " Mama ingin dioperasi ?!!"
  " Papa jangan lebay gitu ah , sedot lemak itu sepele ko pa. Ga seperti operasi operasi yang papa bayangkan. Lihat aja pa, jeng Ajeng , jeng Kelin. Mereka sudah beberapa kali menyedot lemak mereka di dokter Laely pa. Dan nyatanya aman aman saja "
  " Kamu sudah cantik ko mah , tanpa harus sedot lemak " tatapku dengan senyum
"Tapi pah... "  Istriku menghentikan pembicaraan nya dan terdiam.

  Tampaknya ia benar benar kecewa karna aku memberikan lampu merah kepadanya. Terkadang aku suka tak tega melihatnya jika sudah murung seperti itu. Terlebih jika dia sudah mengeluarkan airmatanya atau jurus ngambeknya itu, duh jangan sampe. Akhirnya ku pikir pikir lagi , mau tidak mau aku harus mengiyakan permintaannya itu , toh jika badan istriku langsing akupun yang akan senang melihatnya. Karena aku dengar tak baik juga menimbun lemak di tubuh.
  " Yasudah mah besok kita pergi ke dokter Laely "
" Bener pah, papa mau nganter mama ke dokter Laely ? "  Bibir yang membentuk cemberutnya pun hilang
  "Iya mah, kalau itu buat hati mama senang. Kali ini papa izinin "
  " Makasih yah pah .. " kecupan pun mendarat dipipi kananku .
   
                               ******

  Benar saja , setelah keluar dari ruangan istriku terlihat lebih langsing , pakaiannya pun terlihat lebih longgar apalagi pada bagian lengan. Dokter Laely pun semakin terkenal dan menjadi perbincangan panas antara ibu ibu komplek. Ntah darimana Dokter Laely mendapat kan keahlian sedot lemak itu. Kini klinik kecantikan nya pun selalu penuh dengan pasien , bukan hanya yang ingin konsul tentang wajah tapi pasien yang ingin menghilangkan lemaknya pun banyak.
  
   Sebulan berlalu. Istriku makin rajin meracik secangkir kopi untukku. Kali ini tidak hanya sepulang kerja , tapi ketika bangun tidur, diwaktu waktu santai, maupun disaat menjelang tidur. Ia antarkan segelas susu ke tempat tidur. Hal ini membuatku curiga , ada apa gerangan ? Mencurigakan ! Apa mungkin dia akan meminta sesuatu lagi. Namun saat ini aku belum bisa menyimpulkan apa permintaan istriku itu. Yang jelas perubahan besar telah terjadi pada istriku. Setiap harinya kulihat, ia sangat giat membersihkan rumah , menghias tanaman , menata perabotan sendirian. Bahkan dengan tegas ia menolak saat mbo parni ingin coba membantunya.
 
        Aku berhak curiga. Apakah kali ini istriku benar benar hamil ? Oh tuhan semoga harapanku ini menjadi kenyataan. Bukankah perempuan yang sedang hamil , ngelakuan nya aneh aneh. Malam ini istriku bertingkah tidak wajar. Tak biasanya saat berdua di dalam kamar ia terlihat over acting. Seperti ingin ada yang diutarakan. Semoga ia sedang binggung bagaimana cara menceritakan , keadaan perutnya yang sedang tidak enak itu karna mual mual dan selalu ingin muntah...

  " Pah  , mama kali ini ingin bicara serius "
  " serius ? Ada apa ma " kutahan nafsuku dalam dalam , dan bersiap mendengar kejutan manis dari sosok perempuan yang paling kucintai di dunia. Tak sabar aku ingin merasakan kebahagian menjadi seorang ayah yang seutuhnya.
  " Pah , kemaren aku ngobrol sama dokter Laely dan.... " istriku menghentikan pembicaraanya.
   Tunggu dulu , kenapa dia menyebutkan nama dokter Laely lagi. Padahal ku kira ia akan menyebutkan nama dokter Rapi , dokter Siti atau siapalah nama dokter kandung yang lain nya.
  " Aku ingin mengubah bibir ku dan hidung pesek ini , pah "
" Hah ? Apalagi sih mah , apa mama sudah gila "
  Tak ku sangka istriku mengeluarkan kalimat seperti itu. Padahal dimataku ia selalu cantik apa adanya. Kalau ku beri penilaian hidungnya itu memiliki nilai 8. Kini aku coba merayunya , meyakinkan bahwa omongannya itu hanya.bercanda.
  " Mama selalu cantik dimata papa ,apalagi hidung ini yang selalu membuat papa kangen " kutarik hidung istriku, lalu dengan penuh kasih kudekap tubuhnya . Berharap ia bisa merasakan bahwa aku telah menyanyangi dirinya yang seperti ini. (Bersambung )

;;

By :
Free Blog Templates